DOTA 2 dengan League of Legends merupakan game MOBA dengan jumlah pemain sama-sama besar. Dan setiap hari pasti ada jutaan pemain game di seluruh dunia, yang memainkan kedua game ini.
Tidak hanya itu, persaingan antara DOTA 2 dan League of Legends agar menjadi game MOBA terbesar juga sangat sengit.
Seperti di Indonesia, DOTA 2 sudah mempunyai banyak pemain dibanding League of Legends. Hal ini disebabkan pemain DOTA 2 berasal dari DOTA 1, yang populer sejak 2006.
Sedangkan untuk League of Legends persaingannya sungguh ketat. Garena selaku publisher game ini selalu menghadirkan event manerik kepada para pemain. Inilah yang membuat pemain DOTA 2 tertarik memainkan League of Legends.
Tapi jangan salah, walau punya genre yang sama yaitu Multiplayer Online Battle Arena, namun League of Legends dan DOTA 2 juga punya beberapa perbedaan.
Dan perbedaan itu sering salah digunakan oleh player DOTA 2 yang mencoba League of Legends, maupun sebaliknya. Dan inilah beberapa hal konyol yang dilakukan pemain DOTA 2 saat mencoba League of Legends:
Mencari Kurir
Sebenarnya fitur kurir memang tidak ada dalam game League of Legends. Pemain League of Legends perlu pulang ke base terlebih dahulu untuk membeli items.
Sedangkan selama ini, banyak pemain DOTA 2 yang mencoba League of Legends mencoba mencari kurir. Setelah itu mereka mencoba membeli items ketika masih dalam lane masing-masing. Perlu kalian pahami, bahwa hal itu hanya sia-sia belaka.
Mencoba Stacking Jungle Camp
Salah satu role dalam League of Legends berbeda dengan DOTA 2, yaitu Jungler. Seorang Jungler harus melakukan roaming serta membunuh Minions Jungle Camp.
Selain itu, di dalam League of Legends kalian juga tidak bisa melakukan stacking, serta mencoba melakukan hit and run kepada Minion Jungler.
Pemain DOTA 2 harus tahu, bahwa camp di Jungler League of Legends itu bisa kalian stacking. Selain itu, saat Minions Jungler keluar dari area maka HP akan kembali maksimal.
Inilah dua kesalahan yang pasti selalu dilakukan oleh pemain DOTA 2, saat mereka mencoba untuk membunuh Minions Jungler.
Memilih Champions yang Tidak Sesuai Role
League of Legends mempunyai beberapa Champions. Dan setiap Champions di dalamnya mempunyai peran berbeda-beda. Champions tertentu bisa sangat lemah apabila digunakan tidak sesuai role.
Tidak hanya itu, Champions berbayar ketika dimainkan juga menjadi penyebabnya. Dan jika pemain ingin menjadi midlaner tapi tidak punya Champions Mid, maka pemain DOTA 2 akan memaksa Champion Janne untuk menjadi midlaner.
Membeli Items Tidak Sesuai Standar
Layaknya memilih Champions dalam League of Legends, saat kalian akan memilih items, maka usahakan pilih yang sesuai dengan standar.
Sementara itu dalam DOTA 2 Phantom Lencer, membeli Eul Scapter untuk mengindari stun dari Earthshaker memang merupakan hal yang wajar.
Tapi bagi Champions AP Midlaer membeli items support atau hitter attack damage di League of Legends, maka itu adalah hal yang sangat konyol.
Melakukan Blocking Minions
Pemain DOTA 2 memang mayoritas selalu melakukan blocking creeps saat permainan baru dimulai. Tujuannya adalah supaya creeps tidak terlalu maju, dan pemain bisa melakukan farm dengan aman.
Tapi hal ini berbeda jika kalian memainkan League of Legends. Sebab dalam game itu tidak mengenal istilah blocking Minions. Sekuat apapun usaha kalian untuk menghadang Minions, hal tersebut tidak akan berhasil.