Zenbook 14 space edition
Zenbook 14 space edition
Zenbook 14 space edition

ITS Berhasil Ciptakan Teknologi Pendeteksi Genangan untuk Bandara

maxresdefault 10
Indri Penulis

Pesawat terbang merupakan moda transportasi yang paling mengagumkan, bila dibanding moda transportasi darat dan laut.

Hal tersebut karena sifat pesawat terbang yang melawan hukum alam, serta melawan gaya gravitasi. Karena sifat unik tersebut, menjadikan moda transportasi udara paling berbahaya dibanding lainnya.

Tidak sedikit berita yang menayangkan kasus kecelakaan pesawat. Dimulai dari jatuhnya pesawat, pesawat yang tergelincir di bandara, hingga pesawat yang mengalami ledakan. Hal tersebut tentu membuat banyak orang merasa takut naik pesawat.

Di antara berbagai fase dalam operasi penerbangan, maka waktu take off dan landing merupakan fase paling kritis dan berbahaya.

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Boeing yang dilakukan pada periode tahun 1950-2004. Dimana mayoritas kecelakaan terjadi pada tahap take off sebesar 17%, sedangkan saat landing mencapai 51%.

Dalam kedua tahap tersebut, peran pilot dalam mengendalikan pesawat dibutuhkan. Salah satu hal yang menyebabkan pesawat dapat tergelincir adalah terdapat genangan pada landasan.

Genangan air akan menghambat jalannya roda. Sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kecepatan agar pesawat bisa terbang.

Yang dikhawatirkan adalah, ketika cipratan air sudah masuk ke dalam mesin pesawat dalam jumlah banyak. Maka hal tersebut bisa menyebabkan mesin mati.

Sedangkan ketika landing, genangan air bisa menyebabkan hidroplanning. Dimana roda pesawat mengambang di permukaan air serta sulit direm. Akibatnya, pesawat bisa overshoot atau tergelincir.

Genangan air pada landasan pesawat memang menjadi perhatian bagi banyak pihak. Inilah yang membuat tim peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, menciptakan alat pendeteksi genangan air (standing water level).

svg%3E
Sumber Gambar : Video Blocks

Keselamatan penerbangan itu tidak hanya bergantung pada faktor pesawat terbangnya saja, melainkan infrastruktur banda udara juga berperan penting bagi keselamatan penerbangan,” ujar peneliti ITS, Dr Melania Suweni Muntini, MT.

Melania juga mengungkapkan, jika selama ini setiap bandara di Indonesia, hanya terpasang alat pendeteksi angin.

Pendeteksi angin yang sudah banyak terpasang di berbagai bandara pun, sebenarnya masih perlu dikembangkan lagi. Karena alat tersebut belum mampu mendeteksi kecepatan angin yang datang dari arah samping,” lanjut pakar instruktur penerbangan ITS tersebut.

Selama ini belum ada satu pun bandara di Indonesia, yang mempunyai alat pendeteksi genangan air,” katanya.

Melania dan tim peneliti ITS sebenarnya telah lama melakukan penelitian. Penelitian terhadap genangan air telah dilakukan sejak tahun lalu. Salah satu tempat uji coba adalah di bandara perintis Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Baca Juga:  Mengetahui Cara Kerja Black Box, Kotak Kecil Perekam Cerita Lengkap Pesawat

Alasan kami memilih bandara perintis Sumenep sebagai tempat uji coba karena, frekuensi penerbangan disana masih sepi. Sebenarnya kami ingin lakukan uji coba di bandara besar seperti Juanda, namun frekuensi penerbangan sangat padat,” ucapnya.

Melania juga menekankan, bahwa alat pendeteksi genangan air memang wajib dipasang dalam setiap bandara. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan penumpang.

Genangan air yang aman untuk keselamatan penerbangan, syaratnya minimal 3 milimeter dari keseluruhan luar banda udara. Itu harus ada alat yang mendeteksinya. Kalau tidak, pesawat yang mendarat atau melakukan lepas landas dapat tergelincir,” tutur Melania.

Melania juga menyatakan bahwa penelitian yang mereka lakukan sudah selesai. Alat pendeteksi genangan air dipasang demi menjaga keselamatan penerbangan di bandara. Alat pendeteksi buatan peneliti ITS kini hanya tingga menunggu sertifikasi.

Temuan dari tim peneliti ITS membuktikan, bahwa perkembangan teknologi di dunia penerbangan Indonesia sedikit demi sedikit mulai merangkak naik.

Semoga kedepan, alat tersebut bisa membantu mengurangi resiko kecelakaan di dunia penerbangan, khususnya di Indonesia.