Podcast semakin menjamur beberapa tahun terakhir. Bukan hanya podcast audio saja, bahkan ketika kamu melihat feed dari YouTube, pasti akan selalu ada konten series podcasts yang direkomendasikan untuk kamu.
Oleh karena kepopuleran tersebut, sebuah brand dengan nama Maono menghadirkan podcast kit untuk memberikan kemudahan buat kamu yang ingin membuat podcast audio ataupun untuk keperluan streaming atau YouTube.
Maono mengirimkan salah satu podcasts series kit mereka yang dinamai Maonocaster C2 NEO dan PD200X Podcast Dynamic Microphone. Abaikan namanya yang begitu panjang, mari kita fokus untuk review kualitasnya.
Buat kamu yang malas membaca sampai akhir, berikut aku berikan fitur-fitur kunci yang ada pada podcast audio kit yang aku review kali ini.
Fitur Kunci
- Monocaster C2 NEO adalah podcasting console solusi ramah kantong untuk kebutuhan podcasting dan streaming dengan kualitas audio yang bagus.
- Proses setup dari device ini sangat mudah, plug n play!
- Monocaster C2 NEO memberikan tombol-tombol intuitif untuk memudahkan proses produksi. Tidak membutuhkan kemampuan yang rumit!
Unboxing Paket Penjualan
Kotak pertama, yaitu Monocaster C2 NEO, selain podcasting console, aku mendapatkan buku panduan (percayalah, ini berguna untuk dibaca), kabel kabel USB-C ke USB-A dan kabel audio 3,5 mm.
Kabel USB-C digunakan untuk menghubungkan ke komputer, sedangkan kabel 3,5 mm untuk input dan output streaming.
Kotak kedua, yaitu microphone PD200X, aku mendapatkan buku panduan, mikrofon dan kabelnya. Minimalis tapi lumayanlah.
Desain
Aku suka dengan desain yang diberikan oleh Monocaster C2 Neo ini, minimalis dan terlihat estetik ketika ditaruh di atas meja. Ukurannya tidak besar, hanya 185mm x 130mm x 50mm (termasuk tombol-tombolnya). Jadi tidak akan memakan banyak tempat di meja kerja.

Materialnya, meskipun tidak istimewa, tapi masih tergolong bagus. Plastik tapi tidak ringkih. Finishing nya pun tidak mengecewakan.
Untuk mikrofon PD200X, bentuknya standar, seperti mikrofon untuk streaming atau podcast audio lainnya.
Model PD2000X ini memiliki kelebihan pada disediakannya shock mount dan stand adapter pada mikrofonnya. Sehingga aku tak perlu repot mencari dudukan agar mikrofon tersebut bisa berdiri dengan baik.
Secara keseluruhan, aku suka dengan desain dan material yang diberikan pada device ini. Terlebih paket penjualan yang ditawarkan juga sudah mencukupi, gak butuh banyak pe-er lah!
Tombol dan Port
Aku bahas dulu bagian-bagian di mikrofonnya. Ada tiga port yang tersedia, yaitu port XLR, port USB-C dan port 3.5mm untuk headphone.
Selain itu ada 2-in-1 knob digital yang berfungsi untuk mengontrol gain mikrofon dan volume headphone. Di antara keduanya ada tombol RGB Switch yang berfungsi untuk mengubah lampu yang ada pada mikrofon biar terlihat keren.

Mikrofon ini juga memiliki tombol mute tersendiri, jadi aku bisa dengan mudah mengatur posisi mute/unmute sesuai keinginan. Tidak perlu mengaturnya dari aplikasi.
Sekarang beralih ke Maonocaster C2 NEO. Device ini memiliki banyak port dan tombol. Mulai dari port mikrofon XLR/TRS, port aux, port headphone yang mendukung TRRS ponsel dan TRS studio, port line out untuk streaming ke perangkat seluler, dan dua port USB-C, satu untuk komunikasi audio dan satunya lagi untuk pengisian daya.
Bagian depan konsol. Ada beberapa lampu indikator LED untuk baterai dan Bluetooth. Podcast console ini bisa di charge dengan mengalihkan kabel USB-C saya ke port pengisian. Ada tombol khusus untuk Bluetooth.

Untuk kontrolnya, ada beberapa knob. Knob gain untuk mengontrol power mikrofon dan mengurangi kebisingan sekitar. Ada juga fader volume untuk mikrofon, yang menunjukkan level suara saat bicara. Level hijau berarti baik, oranye masih bisa diterima, dan merah berarti terlalu keras.
Knob lainnya termasuk volume untuk input aux dan kontrol volume bagi output USB dan line, yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
Bagian utama, ada banyak tombol yang bisa digunakan untuk mempermudah produksi podcast audio. Tombol-tombol tersebut adalah:
Indikator LED dan Kondisi Baterai
Di sudut kanan atas, ada indikator LED yang menunjukkan berapa banyak baterai yang tersisa. Empat lampu menyala penuh berarti baterai 100% penuh, dan saat hanya satu lampu yang menyala, itu waktunya untuk mengisi ulang.

Untuk mengisi baterai, cukup tukar kabel dari port USB-C ke port pengisian daya DC5V. Praktis juga karena bisa dikoneksikan ke laptop untuk pengisian.
Status dan Pengaturan Bluetooth
Di sebelah indikator LED, ada indikator Bluetooth. Jika cahaya biru tetap menyala, itu artinya sudah tersambung dengan perangkat lain.
Untuk menyalakan dan mematikan koneksi bluetooth, pencet tombol bertuliskan BT yang ada pada device.
Pengatur Metode Gain Mikrofon
Di bagian kiri, ada knob untuk mengatur gain mikrofon. Mengubah knob ini bisa mengatur tingkat kebisingan yang terdengar saat merekam, sehingga bisa mendapat kualitas suara yang diinginkan.
Pengatur Suara Mikrofon
Di bawah knob gain, ada penggeser yang mengatur untuk volume mikrofon. Untuk mengatur volume mikrofon cukup gengan menggesernya ke atas atau bawah.
Ada juga indikator level di sisi kanan sebagai indikator, hijau artinya baik, oranye masih bisa diterima, dan merah berarti terlalu keras.
Pengatur Volume Bantuan
Selanjutnya ada knob volume akompanimen. Tombol ini mengontrol volume input dari port USB-C atau port aux yang ada di belakang, termasuk yang dikoneksikan melalui Bluetooth.
Pengatur Volume Output USB dan Line
Dan tombol dial besar di tengah berfungsi untuk mengatur volume output USB dan jalur streaming.
Setup Podcast Audio
Aku menggunakan duet Monocaster C2 Neo dengan microphone PD200X sebagai alat podcast audio, meskipun alat ini bisa juga digunakan untuk keperluan live streaming.
Selain dua device di atas, aku menambahkan headphone Bayern Dynamics untuk monitor, menggunakan MacBook Pro 2019 dengan Garage Band sebagai aplikasi untuk merekam suara. Jadi, hasil mungkin akan berbeda jika menggunakan aplikasi atau device tambahan lainnya.
Kenapa setup yang kulakukan sangat sederhana? karena aku ingin bisa memproduksi podcast audio di manapun dan kapanpun. Dari desain, Monocaster C2 NEO ini mudah dibawa kemanapun karena bentuknya yang ringkas dengan bobot yang ringan.
Cara setup dari device ini sangatlah mudah, bahkan untuk yang bukan geek audio-pun bisa melakukannya.
Setup di aplikasi Garage Band juga tak kalah gampang. Aku cukup memilih sumber input-output ketika ingin memproduksi podcast audio ini. Gak sampai 10 menit kelar!
Kesimpulan
Jika kamu ingin memulai membuat podcast audio, Monocaster C2 NEO ini adalah awal yang tepat. Dengan harga di bawah satu juta rupiah masing-masing, tentu device ini cukup murah sebagai investasi awal di bidang konten audio.
Cara setup yang mudah, kualitas audio yang dihasilkan juga bagus, Moanacaster C2 NEO podcast consol ini layak untuk dibeli, terutama buat kamu yang baru ingin memulai karir sebagai konten kreator podcast audio atau streamer.
Kamu bisa membelinya di sini.