Hasil uji render dari Cinebench R20 juga menunjukkan kalau laptop ini cukup mumpuni. Hasilnya tidak masuk yang paling tinggi. Tapi mampu melakukan rendering dengan baik.
Sejauh yang saya pakai — mengetik artikel, edit gambar, edit video ringan, menelusuri internet (dengan banyak tab di browser) — laptop ini memang bisa membantu mengerjakan semuanya dengan baik. Jadi tidak ada masalah untuk multitasking.
Bagaimana dengan baterainya? Tergantung setelan baterai yang kamu atur dan pemakaian aplikasi, laptop ini bisa bertahan cukup lama. Paling tidak, selama saya pakai secara aktif, rata-rata bisa mencapai lebih dari 6 jam dengan sisa baterai sekitar 20%. Biasanya saya memakai setelan Better Battery dan kecerahan layar ±50%.
Lalu, saya juga biasa tidak mematikan laptop. Biasanya, saya hanya menutup layar dan membiarkannya dalam kondisi sleep. Dalam kondisi seperti ini, manajemen baterai pun bekerja baik. Pemakaian on-off (hanya bekerja 1-2 jam lalu sleep lagi) bisa saya lakukan selama 2-3 hari tanpa mengisi ulang.
Kesimpulan
Acer Swift 3 Ryzen 7 memang terhitung konvensional bila melihat tren saat ini yang dipenuhi dengan laptop 2-in-1. Di sisi lain, bentuk konvensional ini bisa memberi kenyamanan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan laptop hybrid.
Yang berkesan bagi saya dari laptop Acer Swift 3 ini adalah performa mantap, bodi laptop yang kokoh dan baterai yang awet. Hal ini membuat saya nyaman memakai laptop ini untuk kegiatan sehari-hari. Menurut saya, laptop ini cocok dipakai untuk profesional muda atau kreator konten.
