Ada kejadian yang cukup unik. Seorang ayah marah besar ke Apple, gara-gara Apple tidak melarang anaknya belanja di TikTok sebanyak Rp 36,4 juta.
Zaman sekarang media sosial tak lagi memandang usia dalam hal pemakaian. Kalau dulu media sosial mungkin cuma dipakai oleh kalangan remaja dan dewasa, sekarang anak di bawah umur pun sudah banyak yang memakai media sosial.
TikTok adalah salah satu media sosial kesukaan anak-anak zaman sekarang. Bukan cuma sebagai sarana hiburan saja, anak-anak juga menggunakan TikTok untuk membagikan konten bikinan mereka sendiri dan juga berbelanja.
Ngomong-ngomong soal belanja dari TikTok, baru-baru ini ada kejadian ‘unik’ yang menimpa seorang ayah di Inggris yang memarahi Apple habis-habisan gara-gara TikTok. Biar nggak penasaran sama kronologinya, kamu bisa baca ulasan berikut sampai tuntas.
Kronologi Ayah Marah ke Apple Gara-Gara TikTok
Jadi baru-baru ini dikutip dari U.K. Telegraph, seorang ayah berinisial ‘AH’ telah memberikan putrinya yang autis berusia 10 tahun sebuah iPhone sebagai kado Natal yang tertunda. Namun siapa sangka, hadiah tersebut justru malah mendatangkan malapetaka buat si ayah.
Bagaimana tidak, empat hari setelah menerima hadiah iPhone dari sang ayah, anak kecil tersebut kedapatan membeli koin senilai $2.486 atau sekitar Rp 36,4 juta untuk TikTik melalui 23 transaksi terpisah. Sang ayah mengetahui hal tersebut setelah Apple mengirim faktur ke kotak masuk iPhone.
Terkejut dengan apa yang dilakukan putrinya, ‘AH’ lalu mengajukan pengembalian dana dari Apple untuk 23 transaksi yang telah dilakukan putrinya. Namun naas, semua permintaan ‘AH’ ditolak oleh Apple. Nggak berhenti sampai di situ saja, ‘AH’ bahkan coba menghubungi kantor pusat Apple, termasuk yang berbasis di Irlandia, tapi semuanya gagal.
Geram sekaligus frustasi, ‘AH’ lalu menuliskan kekecewaannya di media sosial:
“Saya merasa yakin kalau Apple benar-benar telah mengecewakan saya. Mereka gagal mengidentifikasi aktivitas yang tidak biasa di akun saya dan melindungi saya dengan memblokir aktivitas pembayaran mencurigakan. Saya juga merasa layanan pelanggannya tidak ada.”
Karena postingan media ‘AH’ jadi viral di dunia maya, TikTok bergerak cepat untuk mengusut tuntas kasus ini. Terbongkar, ternyata akun konten kreator yang diikuti oleh putri ‘AH’ bernama “Ohidur247.” Akun tersebut telah diverifikasi oleh TikTok (sudah dapat tanda centang), dan memiliki lebih dari 4 juta followers.
Di awal investigasi, tidak ditemukan pelanggaran apapun yang dilakukan oleh Ohidur247. Tapi setelah penyelidikan dilakukan lebih mendalam, terkuak kalau Ohidur247 telah melanggar pedoman TikTok terkait penipuan. Ohidur247 kedapatan menerima imbalan dari followers-nya lewat cara yang bertentangan dengan aturan TikTok.
Setelah mendengar tentang informasi tersebut, Apple memutuskan untuk mengembalikan semua uang ‘AH.’ Apple juga kembali mengingatkan ‘AH’ supaya mengaktifkan fitur parental control di iPhone milik putrinya.
Fyi, ternyata ‘AH’ sebelumnya pernah mengaktifkan fitur parental control di iPhone milik putrinya yang lama. Sayangnya dia lupa nggak mengaktifkan fitur tersebut, makanya terjadilah kejadian yang nggak terduga.
Pentingnya Fitur Parental Control untuk Anak
Lewat kejadian yang terjadi pada ‘AH,’ kita bisa mengambil pelajaran yang berharga. Sebagai orang tua, kamu boleh memberikan akses media sosial ke anak. Tapi sebelum memutuskan untuk memberikan media sosial kepada anak, pastikan kamu sudah mengaktifkan fitur parental control di ponsel/media sosial yang mereka pakai nantinya (kalau ada).
Di iPhone contohnya, beberapa seri iPhone telah dibekali fitur parental control. Saat fitur tersebut diaktifkan, iPhone akan bisa menandai aktivitas dan memblokir pembayaran yang mencurigakan.
Sementara itu, kasus ‘anak menghabiskan uang orang tua’ untuk pembelian di aplikasi memang sudah menjadi masalah umum. Alurnya adalah ‘terjadi kasus > Apple mengalah dengan mengembalikan dana > orang tua berjuang supaya nggak terjadi hal yang sama > anak sering dimarahi dengan alasan yang tidak mereka mengerti sepenuhnya.’
Hm.. Namanya juga masih anak-anak, kalau belum diberi pemahaman secara detil tentang pembayaran dalam aplikasi, mereka tentu saja belum bisa membedakan mana aktivitas pembelian yang boleh dilakukan dan yang tidak. Sekali lagi, peran orang tua dalam memantau aktivitas anak di media sosial sepertinya perlu diperketat lagi.
Gimana menurutmu?