Mungkin dalam beberapa hari ini kamu membaca soal fitur baru YouTube yang bernama “Shorts”. Fitur ini disebut merupakan eksperimen YouTube untuk menandingi kepopuleran TikTok. Tunggu dulu , apa bedanya dengan “Stories”?
Kepopuleran video berformat tegak, berdurasi pendek, dengan waktu tayang terbatas seperti Stories memang bukan berita baru. Snapchat dan Instagram merupakan buktinya. TikTok mengambil langkah yang sedikit berbeda dan berhasil populer, bahkan mengalahkan jumlah unduhan Instagram.
YouTube rupanya juga tidak ingin ketinggalan. Yah, fitur Stories sendiri sudah diumumkan YouTube pada tahun 2018. Tapi YouTube bereksperimen dengan format baru yang sejenis. Format baru ini disebut Shorts.
Karena fitur ini masih berupa eksperimen, tidak semua pengguna melihat kehadirannya. Saya sendiri mencoba melihatnya dengan dua akun YouTube. Ternyata, yang satu belum mendapat fitur ini, dan yang satu lagi sudah.
Saya mendapatkan tampilan untuk “Stories and Shots” di halaman utama (Home) dan ketika memutar beberapa rekomendasi video tertentu. Jadi tidak di semua halaman fitur ini muncul. Ketika saya melihat salah satu video dan kembali, deretan “Stories and Shots” itu berubah, menampilkan rekomendasi baru sesuai apa yang saya lihat.
Kalau kamu perhatikan, di bagian ‘YouTube Stories and Shorts videos’ terdapat dua bentuk format berbeda. Yang satu hanya menampilkan logo dan nama channel, sedangkan yang lain menunjukkan durasi video, judul, dan nama kreator. Kalau kamu masuk ke masing-masing video, tampilannya pun berbeda.
Stories, seperti pada umumnya, memiliki banyak video pendek yang terlihat di bagian atas. Di bagian bawah terdapat tombol ‘Like’, ‘Komentar’, dan ‘Subscribe’. Sedangkan Shorts menunjukkan judul video beserta sang kreator dan tombol ‘Subscribe’ di bagian atas, dengan tombol ‘Like’, ‘Dislike’, dan ‘Komentar’ di bagian bawah.
Lalu, video dari Stories memiliki durasi yang lebih pendek dari Shorts. Kalau Stories memiliki durasi sekitar 15 detik, Shorts memiliki durasi lebih panjang (sejauh ini yang saya lihat paling panjang 27 detik).
Kemiripan kedua jenis video ini memang membuat rancu. Apalagi kehadirannya yang acak pada pengguna tertentu. Tidak heran kalau ada yang menyebut fitur ini sudah lama .
Yang menarik, setelah saya menelusuri beberapa video, muncul sebuah survey yang bertanya soal pendapat saya soal video tersebut. Hm, kelihatannya ini bagian dari uji coba eksperimen fitur baru.
Hal menarik lain adalah agresifnya rekomendasi video. Ketika saya melihat video Billie Eilish, BOOM!, semua video menampilkan Billie Eilish. Ketika saya iseng melihat video kucing, BADALAAA, semua jadi video kucing. Kelihatannya saya harus bersiap terjun ke “rabbit hole” YouTube. Hahaha…
Jadi… ya, aplikasi YouTube memang bertambah ramai. Tapi menurut saya, kehadiran fitur baru ini sedikit “nggak jelas”. Perbedaan karakteristiknya kurang terlihat. Yah, fitur ini memang disebut masih menjadi eksperimen. Belum tentu akan benar-benar hadir secara umum.
Kalau pun sudah hadir secara umum, YouTube — ahem, Google sebenarnya — bisa dengan mudah mematikannya. Seperti fitur nonton bareng lengkap dengan chatting yang kini hilang dari peredaran. Yah, kita lihat saja perkembangannya di tengah persaingan ketat ini.