Winamp tidak banyak terdengar saat ini. Mungkin bahkan anak jaman sekarang tidak mengenal nama ini. Namun dulu berbeda. Winamp adalah media player wajib di setiap komputer.
Yah, sebagai orang yang pernah menggunakan, saya jadi sedikit bernostalgia ketika membaca artikel dari Ars Technica. Iseng-iseng, saya mencoba menggunakannya lagi.
BACA: 10 Tahun Lalu Steve Jobs Memperkenalkan iPhone Pertama
Media Player Sejuta Umat
Justin Frankel dan Dmitri Boldyrev adalah orang yang berdiri di belakang Winamp melalui perusahaan yang bernama Nullsoft. Mereka merilis media player ini pertama kali pada 21 April 1997. 20 tahun lalu!
Saya sendiri tidak tahu bagaimana rilisnya. Waktu itu belum banyak koneksi internet tersedia. Jadi informasi teknologi tidak secepat hari ini.
Ketika itu, memasang Winamp seperti sebuah keharusan di dalam komputer. Hampir semua komputer yang saya temui memiliki media player ini. Kadang bahkan di komputer yang tidak ada speaker-nya (bagaimana mau dengar musik? ????).
Ada beberapa hal yang paling saya ingat dari media player ini: Skin, music visualizer, dan audio bawaannya (DJ Mike Llama – Llama Whippin Intro). Walau norak, mencari skin dan visualizer menjadi keasikan tersendiri waktu itu.
Winamp memang merupakan media player yang kaya fitur. Program ini mendukung banyak format audio (MP3, MIDI, MOD, AAC, FLAC, WAV, WMA, dll), punya media library yang detil, sampai berbagai plug-in. Komunitas penggunanya pun sangat kuat.
Namun interaksi saya dengan media player ini tidaklah lama. Saya lupa persisnya kapan, saya kemudian memilih menggunakan Windows Media Player. Namun kalau tidak salah, saya masih sempat merasakan Winamp 5.5.
Walau begitu, saya masih sering menemuinya di komputer teman. Bahkan sampai saat ini. Begitu hebatnya program ini, sampai untuk beberapa orang, tidak ada media player lain yang jadi pilihan.
BACA: Download Musik Menggunakan UC Browser
Winamp di masa kini
Sekarang saya menggunakan laptop Macbook Pro. Untuk memutar musik — walau saya kurang suka sistem manajemen file-nya — saya menggunakan iTunes. Winamp sudah tidak terlintas di benak saya. Sampai saya membaca artikel Ars Technica yang saya sebut di atas. Maka saya pun mencobanya.
Pada tahun 1999 AOL membeli Nullsoft. Kemudian pada tahun 2013 AOL mengumumkan akan menutup situs winamp.com dan program ini tidak tersedia untuk diunduh lagi. Namun pada kenyataannya, situs tersebut masih ada. Pada tahun 2014, Radionomy resmi membeli Nullsoft bersama Winamp dan SHOUTcast.
Dari forum resminya, saya berhasil mendapat Winamp for Mac dan Winamp for Android. Sayang saya hanya bisa mencoba di Mac dan Android. Jadi tidak bisa memberikan kesan di Windows 10.
Versi yang saya dapat untuk Mac adalah Winamp Sync Beta 0.8.1. Terus terang, saya sedikit kecewa dengan program itu. Layout-nya lebih mirip iTunes dan saya tidak menemukan fitur kekhasan media player ini.
Tapi harus saya akui, saya mencari fitur seperti skin dan lain-lain itu hanya untuk nostalgia saja. Toh sebagai aplikasi pemutar musik, Winamp untuk Mac ini menjalankan fungsinya dengan baik.
Bagaimana dengan Winamp for Android? Saya memasangnya dengan APK dan aplikasi ini merupakan versi 1.4.15.
Menurut saya, di era desain aplikasi yang cenderung flat, penampilan aplikasi ini cukup terlihat cukup kuno. Lebih mirip aplikasi iPhone sebelum era iOS 7. Fiturnya pun tidak terlalu banyak. Sangat standar.
Salah satu yang cukup mengganggu saya adalah tidak adanya pengaturan folder utama untuk sumber musik. Jadi ketika saya membuka folder Songs, isinya tercampur dengan berkas audio lain.
BACA: Layanan Streaming Musik dan Radio Online Paling Populer
Hal tersebut bisa dimaklumi. Karena sejak dibeli oleh Radionomy, tidak terlihat usaha untuk menjaga performa media player ini. Melihat forum resminya, versi stabil yang tersedia untuk Windows (selain yang saya coba di atas) adalah Winamp 5.666. Di sisi lain, kelihatannya ada Winamp 5.8 beta yang belum dirilis ke publik (lihat tweet Eddy Richman).
Kalau pun saat ini Winamp kembali beredar, saya tidak terlalu yakin ia akan kembali bersinar. Tentu saja kecuali kalau media player ini bisa memenuhi kebutuhan pengguna dan bisa menyesuaikan dengan tren masa kini.
Dunia sudah berubah. Sistem streaming sekarang mulai mengambil alih cara mendengarkan musik. Layanan dan aplikasi seperti iTunes, Spotify, dll bersaing untuk berada di puncak. Selain itu, aplikasi media player lain juga banyak. Baik yang terhitung veteran seperti VLC maupun yang lebih baru dan hadir dengan platform (seperti Google Play Music).
Sekali lagi — kalau kamu lihat di internet — masih banyak orang yang menggunakannya dan menanti kemunculannya kembali. Luar biasa. Winamp memang media player penanda jaman. Kalau mau nostalgia bisa juga lihat Winamp versi web.