Berita besar muncul pada tanggal 20 Mei 2019 ketika Google menghentikan dukungan untuk Huawei akibat blacklist dari pemerintah Amerika. Tentunya hal ini memberikan pertanyaan besar. Bagaimana nasib ponsel Huawei?
Google menghentikan dukungan pada Huawei bukan karena masalah bisnis. Tentunya, karena Google adalah perusahaan Amerika, mereka harus mematuhi keputusan blacklist tersebut.
“Digital Cold War” antara Huawei dan Amerika
Pemerintah Amerika Serikat sudah cukup lama menganggap Huawei sebagai perpanjangan tangan pemerintah Cina. Tuduhannya adalah perangkat Huawei sengaja memiliki “back door” sehingga hacker dari Cina bisa menyelinap masuk mengumpulkan data rahasia pemerintah dan perusahaan.
Yang menarik, ada dokumen dari Edward Snowden, seperti dilaporkan The New York Times, yang menunjukkan bahwa justru National Security Agency (NSA) dari Amerika yang masuk ke jaringan Huawei.
Dokumen itu menyebut operasi dengan kode “Shotgiant” yang bertujuan awal menemukan hubungan antara Huawei dan Tentara Pembebasan Rakyat Cina. Namun kemudian operasi berjalan lebih jauh lagi. Yaitu agar bisa memata-matai dan bisa melakukan “cyber operation” saat dibutuhkan.
Dua tahun setelah operasi “Shotgiant”, laporan menyebutkan kalau tidak ada bukti kuat terkait kecurigaan Huawei jadi perpanjangan tangan Pemerintah Cina.
Walau begitu, Huawei tetap mendapat tekanan besar. Akhir tahun 2018, Pemerintah Kanada menangkap Meng Wangzhou dengan tuduhan melanggar sanksi Amerika Serikat atas Iran. Meng Wangzhou adalah Global Chief Financial Officer (CFO) Huawei, yang juga anak dari founder Huawei Ren Zhengfei.
Puncak dari konflik panjang ini tentu saja adalah masuknya Huawei dalam daftar hitam Amerika Serikat melalui perintah eksekutif dari Presiden Trump.
Tentu saja, ada hal lain yang tidak kalah besar dari produk Huawei (ponsel Android atau laptop). Hal itu adalah infrastruktur koneksi 5G. Huawei merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan infrastruktur 5G secara global.
Konsekuensi Blacklist Huawei
Seperti yang sudah disebut di atas, salah satu konsekuensi yang ada dari masuknya Huawei dalam daftar cekal ini adalah mundurnya Google dalam memberi dukungan.
Untuk ponsel yang sudah beredar, Google akan menghentikan dukungan update sistem operasi Android. Untungnya, hal ini tidak terlalu mempengaruhi update aplikasi dan penggunaan yang sudah ada.
Di sisi lain, ini berarti Huawei hanya bisa memakai Android versi publik (AOSP) untuk produk smartphone di masa mendatang. Hal ini juga termasuk kehilangan akses ke bursa aplikasi Play Store dan aplikasi Google lain, seperti Gmail dan YouTube.
Bloomberg menyebutkan bahwa perusahaan lain juga mulai melakukan hal yang sama. Misalnya Intel Corp, Qualcomm Inc, Xilinx Inc, dan Broadcom Inc sudah memberitahu pegawai mereka untuk tidak memberi dukungan perangkat lunak dan komponen untuk Huawei sampai ada perkembangan lebih lanjut.
Pencekalan Huawei di Amerika ini diduga tidak akan berimbas besar pada pengguna produk Huawei di Cina. Tentu saja karena di sana sudah ada pengganti layanan dan aplikasi Google dan lainnya. Seperti Weibo, Baidu, dll.
Namun, imbas yang cukup besar terasa secara global. Walau sebenarnya efeknya belum terasa langsung, banyak pengguna produk Huawei yang panik.
Selain itu, Reuters memberitakan kalau harga saham beberapa perusahaan pembuat chip, baik di Amerika dan Eropa, langsung terjun bebas.
Menyusul prahara daftar hitam ini, pemerintah Amerika Serikat memberi sedikit keringanan. Departemen Perdagangan Amerika Serikat akan mengijinkan Huawei mendapatkan produk dari Amerika untuk menjaga kestabilan jaringan dan menyediakan pembaruan perangkat lunak, sampai batas waktu bulan Agustus.
Tanggapan Huawei
Menanggapi kejadian ini, Huawei sudah memberi pernyataan singkat (melalui email ke The Verge). Mereka menyebutkan bahwa Huawei sudah memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan Android secara global. Mereka juga meyakinkan para pengguna produk Huawei dan Honor, bahwa mereka akan tetap mendapatkan update keamanan dan layanan purna jual. Janji ini juga melingkupi produk yang sudah dirilis ke berbagai distributor dan tersedia di toko.
Global Times melaporkan bahwa Ren Zhengfei, pendiri Huawei, menyebutkan bahwa keringanan 90 hari dari pemerintah Amerika tidak akan memberi efek berarti. Karena Huawei sudah menyiapkan rencana kalau hal ini terjadi. Ia juga menyebutkan kalau bersyukur kalau perusahaan dari Amerika sudah berkontribusi atas perkembangan Huawei dan memberi sikap yang matang atas kejadian ini.
Memang, tarik ulur antara pemerintah Amerika dan Huawei sudah berlangsung cukup lama. Huawei pun sempat dikabarkan membuat sistem operasi sendiri sebagai alternatif Android.
Berdasar laporan Caijing, Richard Yu, CEO Huawei Consumer Business Group, menyebutkan kalau sistem operasi alternatif Android dari Huawei akan tersedia pada musim gugur tahun ini. Sistem ini akan memiliki kompatibilitas untuk perangkat ponsel, tablet, komputer, TV, peranti elektronik di mobil, dan perangkat sandangan cerdas.
Selain itu, Huawei juga sudah memiliki aplikasi bursa sendiri yang sudah tersedia, bernama App Gallery. Namun masalahnya tentu saja, banyak aplikasi populer berasal dari perusahaan Amerika. Selain Google, tentunya ada Microsoft, Facebook, Instagram, Twitter, dll. Dengan kasus blacklist Huawei ini, tentunya mereka juga tidak akan masuk ke bursa aplikasi tersebut di masa mendatang.
Dalam hal ini, belum jelas apa langkah pasti dari Huawei untuk mempertahankan ekosistem aplikasi secara global nantinya. Kemudian, belum jelas juga apa yang akan terjadi dengan perkembangan koneksi 5G yang bersandar pada teknologi Huawei.
Gajah Bertarung, Pelanduk Mati Di Tengah
Amerika dan Cina adalah dua negara adidaya. Masing-masing memiliki perusahaan tingkat global yang menjangkau setiap lapisan masyarakat. Sayangnya, ketika konflik kepentingan terjadi, konsumen lah yang menjadi korban.
Kita mungkin tidak akan pernah tahu alasan sebenarnya kenapa Amerika memasukkan Huawei dalam daftar blacklist. Apakah tuduhan spionase itu benar, “hanya” perang dagang semata, atau perebutan otoritas jaringan 5G?
Namun bagi konsumen, hal ini bisa jadi menyakitkan.
Seorang pengguna Reddit memberi pertanyaan menarik. “Sebagai orang Jerman yang memakai ponsel buatan Cina di Jerman, kenapa tidak bisa memakai ponsel pilihannya secara maksimal karena peraturan Amerika?”.
Memang, walau secara produk sudah tersedia secara global, perusahaan itu sendiri masih terikat dengan peraturan di negara masing-masing. Tidak hanya Amerika saja. Cina sendiri sudah terlebih dulu melakukan blokir pada layanan dari Amerika (walau imbasnya hanya pada warga negara mereka).
Tentu saja, kita bisa dengan mudah berkata “Ah, pindah ke ponsel merk lain.” Tapi toh hal ini bisa juga terjadi pada perusahaan lain dari negara. Pertanyaannya pun akan tetap sama. Apa yang akan terjadi?
Yah, itulah kenyataannya.
Untuk sementara ini, sehubungan dengan kasus blacklist Huawei, kamu yang sudah memakai ponsel mereka masih bisa cukup tenang, karena Google masih menjamin dukungan aplikasi. Untuk perkembangan ponsel baru atau produk Huawei lain, kita masih harus menunggu berita selanjutnya.