Saat ini webtoon sudah sangat populer dan boleh dibilang sudah merubah wajah dunia komik masa kini. Bahkan, bisa juga dikatakan kalau webtoon menjadi masa depan komik.
Dalam hal ini, webtoon yang saya bicarakan adalah komik digital. Memang, nama “Webtoon” sendiri juga hadir sebagai nama salah satu layanan komik digital. Toh di samping itu masih ada beberapa layanan lain, misalnya Daum/Kakao, Toomics, dll.
Webtoon juga hampir identik dengan komik Korea (selatan). Harus diakui, memang Korea-lah yang mempopulerkan jenis komik ini. Banyak komik digital yang populer merupakan komik dari negara ginseng tersebut.
Ini menarik. Karena sebelum ini, pengaruh komik yang kuat — terutama dari gaya gambar — hadir dari Amerika (Marvel, DC, dll) dan Jepang (manga). Walau ada komik Eropa yang populer, seperti Tintin dan Asterix, tapi pengaruhnya tidak sebesar kedua negara di atas.
Dengan Webtoon, Korea menawarkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang segar dan sangat aktual.
Format Webtoon Lebih Aktual
Pada awalnya komik diterbitkan sesuai konsep media cetak (koran/buku). Jadi kita membaca komik seperti membaca buku. Dari panel kiri ke kanan kalau standar global, dan dari kanan ke kiri kalau menurut cara Jepang (manga).
Awalnya, komik Korea pun memiliki format seperti itu. Lihat saja komik Ruler of The Land yang populer. Namun industri komik Korea kemudian dengan sigap merangkul smartphone, yang saat ini menjadi media paling banyak dipakai.
Webtoon memakai format vertikal. Alur membacanya dari atas ke bawah sebagai sebuah garis lurus. Mirip seperti saat kita membaca konten media sosial. Hal ini membuat cara membacanya di handphone lebih natural dibanding komik konvensional.
Harap diingat, penerbit komik barat pun berusaha menghadirkan seri terbaiknya dalam versi digital. Beberapa masih lebih banyak menggunakan format konvensional. Yang akhirnya terasa tidak natural dan sedikit merepotkan. Beberapa aplikasi sudah memberi pendekatan digital yang lebih baik (zoom ke panel demi panel).
Lebih Banyak Komik Tersedia dan Terjangkau
Saya yakin sebagian besar masyarakat, terutama anak muda, mengikuti film-film Marvel (MCU). Di sisi lain, saya juga yakin tidak semua mengikuti komik superhero Marvel, atau komik dan novel grafis superhero lain.
Salah satu sebabnya adalah komik-komik itu tidak tersedia secara masif. Tidak banyak yang diterjemahkan ke bahasa lain dan, kalaupun mau membeli versi asli, harganya cukup tinggi.
Webtoon membuka keran ketersediaan komik itu. Sebagai komik digital, penyebarannya lebih luas dan terjangkau. Layanan komik ini juga menerapkan sistem freemium sebagai langkah awal. Hal ini mendorong perkembangan komik digital sangat pesat.
Layanan LINE Webtoon malah menyediakan komik secara gratis (dengan iklan). Mereka juga menawarkan konsumen membuka beberapa episode ke depan dengan membayar dalam jumlah koin tertentu sebagai solusi pendapatan.
Selain itu, layanan LINE Webtoon juga membuka diri pada versi terjemahan. Kamu bisa membaca komik tertentu dalam bahasa lain, termasuk Bahasa Indonesia.
Beberapa layanan lain, seperti Kakao, belum menerapkan sistem sefleksibel LINE. Itu sebabnya komik seperti Solo Leveling harus dibaca di tempat lain. Tapi toh, kehadiran komik itu secara digital sudah cukup mendongkrak kepopulerannya.
Mendorong Komikus Baru Berkarya
Fleksibilitas itu juga hadir di proses kreatif. Membuat komik baru sebagai webtoon lebih mudah dan bisa lebih cepat populer daripada sebagai komik konvensional.
LINE Webtoon memiliki layanan bernama Canvas tempat kreator bisa menerbitkan karyanya. Sistem ini mirip dengan media populer lain, seperti YouTube. Jadi, lebih independen dan tidak melewati prosedur yang rumit.
Selain itu, beberapa komik digital ini juga merupakan kerja sama antara penulis dan ilustrator. Beberapa cerita sudah terlebih dulu hadir sebagai light novel (biasanya juga diunggah secara digital). Sebagai contoh, Solo Leveling sebelumnya hadir sebagai cerita novel kemudian berkembang menjadi komik.
Sistem seperti ini membuka kesempatan lebar-lebar bagi mereka yang ingin menjadi komikus. Mereka bisa lebih fokus dengan konten, baik cerita maupun gambar. Karena bentuknya digital, mereka juga bisa lebih mudah mempromosikan karya mereka.