Sebelum menggunakan handphone Moto E3 Power, saya menggunakan Lumia 930. Sebuah perubahan yang cukup drastis. Dari handphone flagship ke kelas ekonomi dan dari Windows Phone ke Android.
Saya menganggap peralihan ini cukup menarik. Selain karena turun kelas, saya “harus” menghadapi mitos handphone Android yang sering disebut lambat kalau punya spesifikasi rendah.
Oya, handphone yang saya pakai ini adalah yang Mas Afit review dulu.
Baterai Moto E3 Power jadi andalan
Melihat spesifikasinya, Moto E3 Power memang bisa dibilang cukupan. Tidak kurang, tapi juga tidak istimewa.
Chipset-nya menggunakan CPU Mediatek MT6735p quad-core dan GPU Mali T720. Melihat chipset ini saya cukup ragu apakah handphone ini akan mendapat update Android atau tidak. Benar saja, Moto E3 Power tidak masuk dalam daftar update.
Untungnya RAM dan internal memory cukup masuk akal. RAM-nya sebesar 2 GB, dan internal memory sebesar 16 GB dengan dukungan SD card sampai 32 GB. Sekali lagi, tidak wah. Mencukupi.
Spesifikasi lainnya pun seperti itu. Biasa saja. Kamera belakang “hanya” 8 MP dengan LED flash dan mendukung rekaman video 720p. Kamera depan sebesar 5 MP.
Kalau mau menyebut kelebihannya, Moto E3 Power memiliki baterai yang lebih dari cukup. 3500 mAH. Dengan layar “hanya” 5 inci (294 ppi), dan spesifikasi standar, baterai tersebut lebih dari cukup.
Keuntungan lainnya? Moto E3 Power sudah mendukung 4G dan mendukung dual SIM card (micro).
Kejutan kecil yang menyenangkan
Satu hal yang menarik perhatian saya saat pertama kali melihat dan memegangnya. Handphone ini tidak terlihat murah! Sekilas, tidak terlihat bahwa harga handphone ini “hanya” Rp1,8 juta (saat itu).
Kebetulan handphone yang saya pegang ini berwarna hitam. Jadi kaca yang menutup seluruh bagian depan dipadu dengan frame berwarna abu-abu gelap terlihat sangat elegan. Apalagi desainnya cukup minimalis.
Salah satu yang membuatnya kurang terlihat mahal adalah bodinya yang tidak terlalu tipis. Tapi saya pikir hal ini tidak terlalu jadi masalah.
Hal berikutnya yang menyenangkan bagi saya adalah Moto E3 Power menggunakan Android 6.0 Marshmallow tanpa banyak tambahan dari Motorola (Lenovo). Ah, ya… terus terang saya sudah tidak terlalu suka sibuk dengan launcher, icon, dll. Mungkin hal itu sudah terpuaskan di era Nokia Symbian.
Bagaimana dengan performanya. Yah, memang tidak wus wus wus. Tapi secara mengejutkan, handphone ini juga tidak membuat saya memaki dan melakukan restart terus menerus.
Sejauh ini, saya tidak menemukan lag yang parah. Kalau sekedar untuk chatting di WhatsApp dan eksis di media sosial, tidak ada masalah. Begitu pun untuk browsing, menonton video YouTube, membaca ebook, atau mendengar musik.
Saya bertemu lag di beberapa aplikasi, misalnya Messenger, LINE, Skype, dan beberapa game besar. Oleh karena itu, saya menggunakan Messenger Lite dan LINE Lite.
Saya bisa bermain Battle bay cukup baik. Tapi dengan setengah resolusi, game itu baru bisa saya mainkan dengan nyaman. Lag sangat terasa ketika saya bermain sambil merekam layar permainan. Hasilnya patah-patah.
Lucunya, lag paling menganggu yang saya temui justru ada di lock screen, saat memasukkan PIN. Entah bagaimana, saya tidak bisa memasukkan nomor PIN dengan cepat. Harus sedikit pelan.
Kameranya jelas bukan yang terbaik. Tapi selama cahaya memadai, bisa kamu andalkan. Secara mengejutkan, kemampuan foto jarak dekat atau makronya bagus.
Begitu pun dengan videonya. Sekali lagi, cukup memadai. Dengan cara yang tepat, kamu bisa mendapat hasil yang menarik.
https://www.instagram.com/p/BOsHGpOhv56/
Moto E3 Power Membuktikan Murah bukan berarti jelek
Moto E3 Power mungkin membantu saya dalam beralih ke Android. “Ketakutan” saya dalam menghadapi mitos lambat di perangkat murah tidak terjadi. Paling tidak, semua berjalan wajar.
Handphone murah punya kemampuan terbatas. Hal ini tidak bisa dipungkiri.
Toh Moto E3 Power punya kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan. Saya sangat puas dengan desain handphone ini. Seperti sudah saya sebut di atas, elegan dan tidak terlihat murahan.
Dari segi penampilan, Moto E3 Power bisa bersanding dengan handphone yang lebih mahal tanpa bikin malu.
8 bulan sudah berlalu sejak saya pertama menggunakan handphone ini. Banyak handphone baru dengan teknologi baru bermunculan. Handphone lama secara perlahan tergeser.
Namun ternyata, semua kebutuhan saya masih bisa terpenuhi dengan baik. Bahkan saya tidak terlalu berkecil hati saat mencoba Moto Z yang jauh lebih tinggi spesifikasinya (mungkin nanti saya akan membuat perbandingan).
Kamu bisa melihat di situs resmi Motorola untuk informasi lebih detil. Sekedar opini, kalau kamu mencari handphone murah yang baik, Moto E3 Power sangat layak kamu pertimbangkan.
ARTIKEL TERKAIT
- Handphone Terbaik dengan Harga di Bawah 2 Juta
- Review Moto Z: Konsep Smartphone Modular Menjanjikan
- Review ASUS ZenFone 3 Laser