Zenbook 14 space edition
Zenbook 14 space edition
Zenbook 14 space edition

Ini Dia Deretan Kontroversi di Dunia Teknologi Sepanjang Tahun 2020

web design trends 2020 min
Indri Penulis

Selain COVID-19, tahun 2020 juga diwarnai serangkaian peristiwa penuh kontroversi di dunia teknologi. Apa saja? Simak dalam artikel berikut ini.

Tahun 2020 akan berakhir dalam beberapa hari lagi. Bisa dibilang, 2020 menjadi tahun terberat bagi banyak orang. Penyebab utamanya tidak lain adalah karena pandemi COVID-19 yang tidak selesai-selesai.

Di sisi lain bagi dunia teknologi, tahun 2020 terkesan agak sedikit berwarna. Bukan cuma diwarnai deretan teknologi baru, namun tahun ini juga penuh dengan berbagai peristiwa penuh kontroversi.

Kontroversi di Dunia Teknologi Tahun 2020

Peristiwa penuh kontroversi ini disebabkan oleh berbagai hal. Ada yang disebabkan persaingan bisnis, sampai ‘depak-depakan’ antar perusahaan. Penasaran apa saja kontroversi teknologi yang terjadi tahun 2020? Baca ulasan di bawah ini sampai selesai ya.

Skandal Kasus Hoax COVID-19

svg%3E

Mungkin bisa dibilang kalau ini adalah skandal terbesar tahun ini. Kalian tahu kan, 2020 identik dengan COVID-19. Bukannya membantu, ada oknum jahat yang justru menyebar berbagai info hoax soal COVID-19.

Keberadaan hoax COVID-19 jelas sangat mengkhawatirkan. Apalagi beberapa waktu lalu beredar berbagai teori konspirasi ‘liar’ soal COVID-19. Dan… Parahnya kontroversi ini justru datang dari dunia teknologi.

Contoh teori konspirasi paling liar adalah yang menyebutkan jika jaringan 5G sebagai penyebab dari coronavirus. Buat orang yang hanya menelan informasi secara asal, tentu mereka akan langsung percaya kabar tersebut bukan?

Selain itu, penyebaran hoax ini cukup luas, namun yang menjadi sasaran utama adalah media sosial. Namun pengembang media sosial tidak tinggal diam. Perusahaan seperti Facebook dan Twitter telah melakukan berbagai cara untuk membasmi hoax tersebut.

Kontroversi Deepfakes

Istilah deepfakes memang mulai sering terdengar di tahun 2020. Deepfakes sendiri adalah teknologi AI yang dapat menggantikan wajah orang, ke tubuh orang lain.

Teknologi ini dinilai para ahli sangat berbahaya. Mengingat mayoritas hasil ubahan deepfakes mendekati aslinya. Membuat deepfakes rentan dipakai dalam pornografi dan politik.

Menanggapi fenomena ini, Facebook telah melarang foto atau video yang diedit oleh AI deepfakes. Sedangkan Microsoft meluncurkan teknologi Microsoft Video Authenticator yang dapat menganalisis foto dan video, apakah mereka asli atau palsu.

Kontroversi Zoombombing

svg%3E

Tahun ini kita mengenal istilah WFH (Work From Home) atau bekerja dari rumah. Jadi segala sesuatu mulai dari kerja, rapat, dll, dilakukan via online dari rumah.

Selama masa WFH, aplikasi yang langsung melejit popularitasnya adalah Zoom. Aplikasi ini dipercaya jutaan orang di dunia untuk menyelenggarakan rapat online.

Namun di balik maraknya pemakaian Zoom, ada kontroversi Zoombombing atau Zoom-raid. Ini adalah gangguan yang terjadi saat rapat online, yang disebabkan oleh pihak luar.

Biasanya ketika sesi rapat online terjadi, seseorang yang tidak menjadi anggota masuk ke sesi tersebut. Kemudian dia menunjukkan perilaku tidak menyenangkan, bahkan tidak senonoh.

Kasusnya sudah banyak. Contoh di Norwegia, di mana ada salah satu sekolah yang menyelenggarakan kelas online. Tiba-tiba orang asing masuk ke kelas online dan menunjukkan video porno.

Di Indonesia sendiri juga pernah terjadi Zoombombing lho. Hal ini terjadi saat konferensi yang diadakan Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) berlangsung.

Diblokirnya Ratusan Aplikasi China oleh India

svg%3E

Beberapa waktu lalu, dunia digegerkan oleh perseteruan di daerah perbatasan India dan China. Apalagi sejak adanya bentrokan antara tentara dari dua negara tersebut di danau Pangong Tso dan sungai Galwan.

Akibat bentrokan tersebut, beberapa warga India gugur. Geram dengan hal ini, Pemerintah India pun secara tegas memblokir ratusan aplikasi dari China seperti TikTok, Mobile Legends, PUBG Mobile, dll.

Karena kasus ini, perusahaan teknologi dari China langsung rugi besar. Mengingat basis pengguna terbesar aplikasi mereka justru dari India.

Sementara itu, pemblokiran aplikasi China bukan karena alasan ini saja. Selama ini, aplikasi China memang dipandang rentan untuk masalah keamanan dan privasi. TikTok sendiri sering mendapat sorotan untuk hal ini.

Penjegalan TikTok oleh Pemerintah AS

svg%3E

Selama pemerintahan Presiden Donald Trump, Pemerintah AS memang sangat sensitif dengan apapun yang berbau China. Termasuk perusahaan pembuat teknologi dan aplikasi dari China.

Kalau tahun lalu AS punya konflik dengan Huawei, maka tahun ini AS berusaha menjegal perusahaan China lainnya yakni ByteDance si pembuat TikTok.

Selama tahun 2020, TikTok telah mejadi bintang dan berhasil naik daun. Aplikasi ini berhasil merebut pasar di seluruh dunia, hingga membuatnya menjadi aplikasi mapan seperti Facebook.

TikTok pun mulai menggelontorkan dana untuk membayar kreatornya. Alhasil, creator TikTok berlomba-lomba mengunggah konten viral di TikTok.

Sayangnya, pemerintah AS tidak menyambut baik keberhasilan TikTok. AS menilai TikTok bersekongkol dengan pemerintah China melakukan pelanggaran privasi.

Buntutnya, Presiden AS, Donald Trump membuat kebijakan yang memaksa TikTok menjual kepemilikannya di Amerika kepada perusahaan di sana.

Didepaknya Fortnite Oleh Apple dan Google

svg%3E

Beberapa bulan lalu, game Fortnite sempat jadi sorotan banyak pihak. Sebab secara tiba-tiba game ini didepak dari App Store dan Play Store.

Rupanya asal-muasal kejadian ini terjadi karena Epic Games (pengembang Fortnite) tidak setuju dengan pajak yang diberikan App Store dan Play Store. Intinya, pajak tersebut terlalu mahal.

Tidak terima karena game-nya dihapus, Epic Games langsung menuntut Apple dan Google. Bahkan saking ‘gemasnya’ Epic dengan Apple dan Google, perusahaan sampai membuat sindiran pedas lho.

Epic menyindir Apple lewat video “Ninety Eighty-Fortnite” yang merujuk pada iklan Apple “1984”. Epic juga menyindir Google “melakukan kejahatan” (do evil) yang merujuk pada slogan lama Google “Don’t be evil.”

Yah, sepertinya hingga kini masalah tersebut belum menemui titik temu. Buktinya sampai sekarang game Fortnite masih tidak bisa ditemukan di App Store dan Play Store.